Sewa Kursi Kuliah di Djarum Kudus Jawa Tengah

Diposting pada 139 views

Sewa Kursi Kuliah di Djarum Kudus Jawa Tengah

Decora.co.id – Sewa Kursi Kuliah di Djarum Kudus Jawa Tengah
Nama Konsumen / User Yang Menyewa : Djarum Kudus
Lokasi / Alamat : Jl. Jend. Ahmad Yani No.26-28, Krajan, Panjunan, Kec. Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah 59317
Rute Menuju Lokasi : cek disini
Produk Yang di sewa dari Decora : Kursi Belajar / Kursi Kuliah
Jumlah Unit Yang di sewa dari Decora : 50 Buah

Jika Anda Sedang Mencari Sewa Kursi Kuliah / Kursi Lipat dengan Harga Murah dan Berkualitas Maka Anda Sudah Berada Pada Website Yang Tepat

Harga sewa kursi kuliah / kursi lipat yang kami tawarkan cukup murah jika dibandingkan dengan agency persewaan / yang lain.
Perlu anda ketahui bahwa produk kursi direksi yang kami sewakan barangnya bagus-bagus dan masih mulus. Bisa anda buktikan dengan datang dan melihat langsung di WorkShop / Gudang kami. dan perlu anda ketahui juga, bahwa kami punya stock Kursi direksi dengan jumlah yang cukup banyak  siap anda sewa semua.
Silahkan feel free saja untuk menghubungi Kontak Kami yang tertera DISINI untuk :

  • Untuk mengetahui detail info harga dengan jumlah sewa dalam partai besar.
  • Mengetahui bagaimana supaya bisa dapat layanan geratis pengiriman / free ongkir.
  • Info bagaimana supaya bisa dapat geratis penaataan / setting dilokasi.
  • Info jika anda menghendaki fasilitas tambahan seperti Cover Kursi dan Pita Kursi.

Berikut ini adalah Galeri / Dokumentasi foto-foto Persewaan Kursi Kuliah di Djarum Kudus

Ulasan Singkat Sekilas Tentang Kudus

Kudus awalnya kota di tepi Sungai Gelis,dan salah satu kota di Pulau Muria. Dahulu Kota Kudus bernama Kota Tajug, disebut Tajug karena di daerah tersebut terdapat banyak Tajug, Tajug merupakan bentuk atap arsitektur tradisional yang sangat kuno dipakai tujuan keramat. Tajug dahulunya di jadikan tempat bersembahyang warga Hindu di daerah tersebut. Dengan demikian kota Tajug dulunya sudah memiliki sifat kekeramatan tertentu. Sunan Kudus mendekati warga kota Tajug dengan membuat struktur atas Menara Kudus yang berbentuk Tajug. Warga hidup dari bertani, membuat batu bata, menangkap ikan, dan berdagang.

Setelah kedatangan Sunan Kudus, Kota itu dikenal sebagai “Al-Quds” yang berarti “Kudus”. Kota Tajug memang sudah lama menjadi kota perdagangan, tetapi karena posisinya agak jauh dari Selat Muria, tidak ada pelabuhan besar di Kota Tajug, hanya pelabuhan transit, yang nanti akan transit lagi ke Pelabuhan Tanjung Karang di tepi Selat Muria. Pada saat itu, Selat Muria masih dalam dan lebar, sebagai jalan pintas perdagangan. Pelabuhan Tanjung Karang adalah pelabuhan transit penghubung ke pelabuhan Demak, Jepara dan Juwana. Komoditas utama ekspor Pelabuhan Tanjung Karang adalah kayu yang berasal dari muria, yang juga digunakan sebagai salah satu material pembangunan Masjid Agung Demak.

Pedagang dari Timur Tengah, Tiongkok, dan pedagang antar pulau dari sejumlah daerah di Nusantara berdagang kain, barang pecah belah, dan hasil pertanian di Tajug, tepatnya di Pelabuhan Tanjung Karang. Warga Tajug juga terinspirasi filosofi yang dihidupi Sunan Kudus, Gusjigang. Gus berarti bagus, ji berarti mengaji, dan gang berarti berdagang. Melalui filosofi itu, Sunan Kudus menuntun masyarakat menjadi orang berkepribadian bagus, tekun mengaji, dan mau berdagang. Dari pembauran lewat sarana perdagangan dan semangat ”gusjigang” itulah masyarakat Kudus mengenal dan mampu membaca peluang usaha. Dua di antaranya usaha batik dan jenang. Kini, selat muria sudah hilang ditelan sedimentasi, begitupun dengan Pelabuhan Tanjung Karang, hilang dan hancur ditelan sedimentasi.

Berdirinya Masjid Menara Kudus sebagai Hari Jadi Kabupaten Kudus. Masjid Menara Kudus tidak lepas dari peran Sunan Kudus sebagai pendiri dan pemrakarsa. Sebagaimana para walisongo yang lainnya, Sunan Kudus memiliki cara yang amat bijaksana dalam dakwahnya. Di antaranya, dia mampu melakukan adaptasi dan pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat yang telah memiliki budaya mapan dengan mayoritas beragama Hindu dan Buddha. Pencampuran budaya Hindu dan Budha dalam dakwah yang dilakukan Sunan Kudus, salah satunya dapat kita lihat pada masjid Menara Kudus ini. Masjid ini didirikan pada tahun 956 H atau 1549 M. Hal ini dapat diketahui dari inskripsi (prasasti) pada batu yang lebarnya 30 cm dan panjang 46 cm yang terletak pada mihrab masjid yang ditulis dalam bahasa Arab.

sumber